Selamat Berlelah
Kata orang “jangan lelah! Baru gini aja
kok.”
Kata orang “apaan sih dikit-dikit capek,
jompo lu?”
Kata orang “nggak ngapa-ngapain aja kok
capek sih”
Lelah. Satu kata yang membuat orang
seakan-akan telihat lemah. Padahal lelah memiliki arti yang lebih luas dan
dalam dari sekadar kata sifat.
Berusaha memahami orang yang kelelahan
ternyata bukan hal yang mudah. Kalian harus berbincang langsung dengan air
matanya. Kalian harus merelakan mereka merobek topeng yang mereka kenakan. Kalian
harus merelakan logika kalian terjeda sejenak. Kalian harus merelakan hati
kalian dan ia yang sedang kalian pahami robek bersama. Kalian harus rela, saya
sudah dan sedang melaluinya.
Kali ini izinkan saya tidak berkutat
dengan data atau hal-hal yang bisa memperkuat tulisan ini. Khusus kasus
kelelahan hidup, kalian harus merasakannya karena pengalaman setiap orang
berbeda-beda. Kelelahan hidup membuat orang enggan untuk hidup. Bagi
orang-orang yang merasa kelelahan dalam hidup, definisi hidup menjadi sebuah
momok. Bahkan bagi beberapa orang, untuk memulai hidup saja harus membuat berbagai
alasan. Depresi? Frustasi? Muak? Terserah kalian mau membahasakannya seperti
apa, tidak ada larangan untuk itu. Jadi, apakah kalian mengerti apa itu
kelelahan?
Lelah berarti hasil produksi dari suatu
peristiwa yang telah dialami oleh seseorang. Orang yang kelelahan sudah pasti
melakukan sesuatu. Menurut saya tidak ada orang yang kelelahan tanpa sebab. Bahkan
jika ia hanya termenung seharian lalu ia mengaku merasa sangat lelah, saya bisa
percaya dengan hal itu. Lelah tidak hanya berhubungan dengan fisik yang ditempa
dengan berbagai beban, tetapi juga jiwa/ mental/ pikiran juga berkorelasi
dengan lelah. Jangan dibuat rumit. Orang yang seharian hanya termenung dan
mengaku lelah, ia bisa saja lelah. Ia lelah berpikir. Kamu tidak tahu
bukan betapa sulitnya berpikir bagi
orang yang mengalami banyak hal dalam hidup? Kalau kamu tahu, selamat! Kalau tidak
tahu, bolehkah saya kasi tahu?
Tidak ada yang tahu betapa lelahnya
melihat pasangan yang disayangi selama separuh hidupnya ternyata berselingkuh. Tidak
ada yang tahu betapa lelahnya bekerja sampai otak rasanya mau meledak tapi
tidak dihargai oleh atasan. Tidak ada yang tahu betapa lelahnya karya yang
telah dibuat malah ditolak mentah-mentah. Tidak ada yang tahu betapa lelahnya
belajar dari pagi ke pagi hanya untuk memuaskan hati orang lain. Tidak ada yang
tahu betapa lelahnya mencari kerja sana-sini hanya untuk mencari sesuap nasi. Tidak
ada yang tahu betapa lelahnya dibandingkan atas dasar yang subjektif. Tidak ada
yang tahu betapa lelahnya menanti persetujuan orang tua kekasih yang tak
kunjung datang. Tidak ada yang tahu betapa lelahnya terus peduli tetapi terus
disakiti. Tidak ada yang tahu. Begitulah yang orang-orang “lelah” sedang
pikirkan. Masih banyak lagi yang mereka pikirkan, bahkan hal nggak terduga
lainnya.
“Tidak ada yang tahu jika orang tersebut
tidak cerita.” Hmm, akankah kalian berucap seperti itu? Bagi si “lelah” untuk
menanggung kelelahan mereka saja, mereka harus menyerahkan nyawa mereka, mereka
harus menggugat Tuhan. Lalu berpikir dengan menunggu mereka bercerita akan
memudarkan kelelahan mereka? Mimpi yang bagus. Bagus untuk dihilangkan. Fungsi otak
dan hati nurani yang diberikan Tuhan kepada manusia salah satunya adalah untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah. Apa salahnya berusaha memahami
mereka kalau sudah mengidentifikasi sesuatu yang mengganjal dari diri si “lelah”?
Apa salahnya menerima kelelahan mereka dan sebentar saja menjadi penghapus
lelah bagi mereka? Apa salahnya menjadi telinga bagi mereka barang beberapa
jam? Apa salahnya bertanya terlebih dahulu dibandingkan menyalahkan dulu? Apa salahnya
menjadi teman diam-diaman beberapa saat bagi mereka?
“Terus mereka maunya dipahami terus? Kapan
mereka memahami kita?” orang yang benar-benar peduli tidak akan menanti balasan
bahkan berpikir untuk dibalas saja tidak. Kalau kamu tidak mau memahami ya
sudah tidak usah. Setidaknya jangan berkata yang aneh-aneh tentang mereka, jangan menambah
lelah mereka. Biarkan mereka lelah, kalau kamu mau mendampingi mereka di masa lelah
mereka, masa Tuhan tidak melihat hatimu yang tulus itu? Izinkan mereka
berlelah, lelah bukan kesalahan. Nggak selamanya juga orang berlelah. Kamu boleh lelah, semua orang boleh lelah. Tapi
seraya lelah, jangan lupa saling memahami juga ya :)
Comments