cerpenku (again) MISSING BRACELET


Elline berjalan terburu-buru melintasi koridor sekolahnya, telat lagi, telat lagi, hampir setiap hari Elline datang terlambat ke sekolah. Setelah sampai di depan kelas, seperti biasanya ia mendapat tatapan tajam dari guru dan teman-temannya, tatapan mereka semua seperti singa yang sedang lapar makanya Elline hanya menundukkan kepala membalas tatapan mereka, Elline takut diterkam oleh tatapan itu! Beberpa saat kemudian Elline dipersilahkan duduk oleh guru yang mengajar. Elline duduk sebangku bersama sahabatnya Leony, Elline tahu apa yang akan dilakukan oleh Leony ketika duduk nanti, pasti Leony akan menceramahinya panjang lebar layaknya orang berpidato, Elline menghela nafas berat sambil beranjak ke tempat duduknya.
“Ting, Tang, Ting, Tang!!!” Suara bel berbunyi nyaring, bunyi bel yang satu ini merupakan favorit para murid karena bel tersebut menandakan jam istirahat! Semua murid bersorak-sorai menyambut bel idaman tersebut, dengan wajah berseri-seri para murid keluar dari kelas masing-masing. Elline dan Leony sepakat untuk pergi ke kantin. Ketika baru keluar kelas Elline menabrak seseorang, lagi-lagi Elline menundukkan kepalanya, Leony menolongnya untuk bangkit berdiri, ternyata Elline menabrak Reko. Reko adalah ketua osis di sekolah sekaligus musuh Elline, sebenarnya Reko tidak pernah memusuhi Elline, hanya saja Elline sangat kesal karena prestasinya di sekolah selalu dikalahkan Reko dan menurut Elline, Reko suka cari perhatian ke guru. “Kalo jalan liat-liat dong!” Mata Elline melotot pada Reko. “Sorry, sorry ya! Sebenernya aku pengen ngomong sesuatu Lin, bisa?”  Kata Reko dengan tenang,“Sorry aku gak bisa! Aku buru-buru, minggir-minggir.” Balas Elline sambil mengawaskan badan Reko dari hadapannya.
 Sesampainya di kantin seperti ada yang ganjil dengan penampilan Elline pikir Leony, Leony mengamati Elline dari ujung kaki sampai ujung rambutnya, dan tebakan Leony benar! Elline tidak menggunakan braceletnya. “Lin, kamu tumben gak pake bracelet?” Tanya Leony yang keheranan, Elline yang baru sadar langsung melihat pergelangan tangannya, ternyata bracelet kesayangannya tidak ada, iya berusaha mengingat-ingat dimana braceletnya ia letakkan, Elline panik setengah mati. Leony yang juga ikut panik membantu Elline mencari bracelet milik Elline.
Dengan wajah kusut dan ditekuk Elline pulang ke rumahnya. Elline memasuki kamarnya, tanpa mengganti seragam sekolahnya, ia sudah sibuk mengacak-ngacak meja rias, kasur, lemari, dan kotak aksesorisnya. Setelah beberapa jam ia mencari-cari bracelet miliknya tetapi ia tidak menemukan , Elline merasa lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak, tetapi sangking lelahnya ia tertidur sampai petang hari. 
Dering hp membangunkan Elline dari tidurnya, dengan malas Elline menggapai hpnya yang ada di saku seragamnya, ia melihat ada sebuah sms , ternyata sms dari Ms.Jenitra, wali kelasnya. Ms.Jenitra memberitahukan kepada seluruh calon ketua osis agar melakukan orasi minggu depan di sekolah.  Elline tampak sangat mempersiapkan semuanya dengan matang.
Semua murid sudah tampak memenuhi aula sekolah. Para calon ketua osis menyiapkan diri mereka masing-masing, termasuk Elline. Leony berada di samping Elline untuk memberikan dukungan padanya, Elline cukup senang dengan adanya Leony yang selalu ada untuknya, tapi tetap saja ada yang ganjil di dirinya, Elline merasa kurang percaya diri tanpa bracelet , tapi ia  berusaha menutupi kekecewaan itu. Secara bergantian calon ketua osis yang sudah selesai melakukan orasi, turun dari panggung. Sekarang giliran Elline untuk melakukan orasi. Belum mulai Elline berpidato suara tepuk tangan menggelegar di aula membuat Elline semakin semangat. “Selamat pagi untuk Ms, Sir, dan teman-teman yang saya hormati dan kasihi, pada pagi hari saya akan menyampaikan beberapa alasan mengapa teman-teman harus memilih saya sebagai ketua osis. Saya adalah orang yang bertanggung jawab, berintegritas, dan teliti, teman-teman dapat……uh, men…. Eh, hmm, maksud saya, bracelet, uh, bukan-bukan,……… ” Suara Elline tercekat, seketika itu juga keadaan aula menjadi hening. Semua mata tertuju pada Elline, lagi-lagi Elline hanya bisa menundukkan kepalanya, ia kecewa dengan dirinya sendiri, “Kenapa tiba-tiba aku ngeblank gini? Apa yang terjadi? Bracelet? Aku tidak bisa melakukan ini tanpa braceletku.” Elline berkata dalam hati. Elline turun dari atas panggung, Leony sudah standby di bawah panggung menantikan Elline. Leony mendekap Elline, Elline menangis terseduh-seduh, Elline berpikir bahwa baru saja ia melakukan hal yang bodoh. Tapi ia tidak bisa menyangkal, bahwa bracelet itu adalah kekuatannya.
Elline pergi ke taman sekolah, hanya ia seorang, duduk dan meratapi kebodohannya, ia sudah pasrah dengan hasil pemilihan ketua osis itu, ia berpikir sudah pasti ia kalah. Tiba-tiba seseorang mendatanginya, dan duduk di sebelah Elline. “Sepenting apa bracelet itu untuk kamu?” Tanya Reko pada Elline, Elline menundukkan kepalanya lalu menjawab dengan sedih “Sangat penting! Itu barang terakhir peninggalan ibuku sebelum ia meninggal!”. Reko mengangguk-angguk, ia mengerti mengapa Elline tidak bisa percaya diri tanpa braceletnya itu. “Kamu inget gak waktu minggu lalu kamu datang terlambat?”, Elline mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Reko. “Dan kamu inget gak waktu kita tabrakan di depan kelas? Aku kan mau ngomong seseuatu sama kamu, lalu kamu menolak karena kamu sedang terburu-buru?” , Elline semakin bingung dengan pembicaraan Reko, Elline menatap Reko lekat-lekat, “Iya aku inget semua, maksud kamu apa sih?” , “Nih” Reko menyerahkan bracelet milik Elline, mata Elline berbinar-binar melihat bracelet kesayangan yang dicari-carinya sekarang ada di depan matanya. “Bracelet kamu jatuh di pintu gerbang sekolah, waktu itu aku terlambat lima menit setelah kamu, dan aku tahu bracelet ini punya kamu, tapi waktu kamu gak mau diajak ngomong jadi aku tunda ngembaliin bracelet ini ke kamu”, Elline mentertawakan dirinya sendiri, betapa bodohnya dirinya tidak mau menghiraukan omongan Reko waktu itu. Di saat itu Elline menyadari bahwa selama ini dirinya sangat egois dan jahat pada Reko, Elline meminta maaf pada Reko atas segala perbuatannya pada Reko, ternyata Reko orang yang tulus, bertanggung jawab , dan tidak pernah membalas kelakuan Elline. Elline sangat senang braceletnya yang hilang sudah ditemukan, ia tidak akan pernah lalai lagi dengan braceletnya itu.
Keesokan harinya, mading penuh dengan ucapan selamat karena Reko menjadi ketua osis. Elline dan Leony mendatangi Reko, mereka berdua mengucapkan selamat pada Reko. Elline memberikan sebatang coklat disertai note kecil di bungkus coklat itu yang bertuliskan “Maaf J”. Reko tersenyum lalu berkata “Sekarang kita teman kan?”, Elline menjawab dengan antusias “Iya! Bukan cuma teman, tapi FRIENDSHIP”. Reko, Elline, dan Leony tertawa gembira, tiba-tiba Ms.Jenitra membidik mereka bertiga “Ceklik….” Jadilah foto absurd mereka bertiga :D  

Comments

Popular posts from this blog

New normal Dicetuskan, Masyarakat Sudah Disiapkan?

"Kiri, Pak!" [PART.1]

Her Name Yola