Bunga Popy Milik Letta (sambungan)



Nendra memegang bunga popy yang ada di vas bunga di pinggir meja belajarnya. Ia sengaja menaruh bunga popy itu di sana, alasannya supaya ia bisa melihat bunga itu setiap kali ia membuka mata dan ia bisa mengingat seseorang yang sangat ia cintai. Hati Nendra seperti ditusuk ribuan duri, setiap kali mengingat wanita itu. Wanita yang tak bisa dilupakannya. Wanita yang menjungkir balikan tujuan hidupnya di jagat raya ini. Mengapa menjadi pria harus sesakit ini? Nendra telah bersikeras untuk membuang jauh-jauh tentang wanita itu, tapi entah mengapa bayangan wanita itu menyusup ke dalam relung hati dan pikirannya.
Nendra menarik napas dalam-dalam lalu bergegas meninggalkan kamarnya. Ia sudah ditunggu oleh Kirei. Kirei adalah sahabat Nendra, eh! Tunggu dulu, Kirei sudah seperti saudara bagi Nendra. Ya, mereka bersahabat sejak saat mereka masih di kandungan. Kontak batin mereka sangat kuat. Seperti sekarang ini, Kirei sangat mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Nendra, tapi ia tidak bisa berbuat banyak karena kalau sedang galau begini Nendra sangat sensitif. Sensitifnya mengalahkan cewek kalau lagi PMS, serem nggak tuh.
“Udah deh bro, nggak usah dipikirin! Lagian banyak tugas yang butuh perhatian dan belaian kita!” ujar Kirei sambil merangkul bahu Nendra.
Nendra mencomot selapis roti gandum yang telah disediakan oleh mamanya di ruang tamu. “Ih nih orang malah pake ngingetin tugas lagi, tambah muak aja sama hidup!” Nendra menggigit dengan tak sabar roti yang sudah digenggamnya dari semenit yang lalu.
Kirei menoyor kepala Nendra sambil menggunakan helm andalannya. “Muak sama hidup? Yang bener aja! Aku lebih muak sama dosen yang hobinya ngasi tugas. Arghhh”
Nendra dan Kirei naik di atas motor. Nendra menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Ia harap yang dihirupnya benaran oksigen, tapi tahulah udara di bumi bukan milik oksigen semata wayang. “Buruan deh nyetirnya, aku gak mau telat ngampus!”
“Wusss, santai bro, nggak mau telat ngampus atau nggak mau telat ngelihat wajah Ms. Sakura?”
Nendra memukul bahu sahabatnya itu. “Gila ya? Sarapan apa tadi?”
“Sarapannya ngeliatin mukamu yang sekusut pakaian yang nggak disetrika delapan turunan itu!”
“Lebay!”
*****
Mata Sakura memandang ke segala arah di ruangannya. Tak ada satupun makhluk hidup. Okelah ada nyamuk satu. Siapa yang memiliki kerajinan tingkat dewa mengirimkannya bunga papaver somniferum pagi-pagi begini? Tak ada notes. Sok rahasia banget sih, paling murid-muridku yang agak nggak tahu diri itu. Batin Sakura sambil menyiapkan materi pembelajaran hari ini. Ia meletakkan bunga itu di dekat komputer kerjanya.
“Pagi Ms cantik!!!” seru Kirei sambil ngeloyor masuk ke ruangan Sakura.
Sakura mendelik tapi delikannya itu makin membuat Kirei makin ingin mendekatinya. “Pagi-pagi mukanya serius amat sih Ms. Mending makan di kantin sama saya.”
Sakura tetap fokus pada materi pembelajarannya. Tak mengindahkan satu pun perkataan Kirei. Sejak mengajar di Universitas ini Sakura memang tidak jarang mendapat perlakuan sok akrab dari murid-muridnya. Sebenarnya Sakura senang murid-muridnya nggak tegang pas dia sedang mengajar tapi kadang-kadang muridnya kelewat menyebalkan kalau lagi menggombalinnya. Sakura tak suka digombali. Setelah beberapa menit diam ternyata tak membuat Kirei beranjak dari ruang kerja Sakura. Kirei malah bertopang dagu sambil menatap Sakura yang sedang serius. Sakura memukulnya dengan bundelan kertas yang ada di tangannya.
Melihat Sakura yang melangkah ke luar ruang kerjanya, Kirei makin semangat mengejar dosennya tersebut. “Jadi mau kan makan sama saya?” kata Kirei sambil nyengir kuda
“Kamu traktir?”
“Ya enggaklah! Ms dong yang bayar!” tawa Kirei meledak melihat Sakura makin bete.
“Ishhhh dasar! Yang ngajakin siapa yang bayar siapa.” Sakura meninggalkan Kirei dan berjalan duluan ke kantin. Perut Sakura keroncongan banget. Memang kalau soal makan, perutnya tidak pernah mau diajak kerja sama.
Sesampainya di kantin yang tadinya meja makan Sakura hanya ada Kirei, sekarang malah seisi kelas Kirei ikut nimbrung sambil ngelihatin Sakura makan. Ada yang malah ngasih Sakura tambahan makanan lagi! Yang ada Sakura bukannya kenyang malah pengen muntah. Tapi kelakuan murid-muridnya ini yang membuatnya selalu merindukan mengajar. Semua muridnya selalu sukses menciptakan senyum di wajahnya. Tapi ada satu orang murid yang tidak terlalu antusias saat berada dekat Sakura. Ya, Nendra.
“Nendra kamu kenapa? Sakit? Kok lemes?” Sakura memberondong Nendra dengan pertanyaannya. Sakura dari tadi memperhatikan Nendra yang lebih banyak melamun daripada berinteraksi dengan teman-temannya.
“Nggak apa-apa Ms.” Balas Nendra singkat.
Romi, teman sekelas Nendra berceletuk melihat Nendra yang cuek dengan dosen favorit semua murid di universitas itu. “Yaelah Ndra gitu banget sih caranya biar diperhatiin Ms. Sakura. Pake masang muka 5 L segala! Payah”
“Bilang aja kalo kamu iri dan pengin diperhatiin sama Ms. Sakura!!” balas Nendra ketus.
“Ya iya dong! Siapa yang nggak mau diperhatiin bidadari!!! Halooo!!” semua teman tertawa lepas mendengar ucapan Romi yang sangat disetujui semua murid. Sakura Cuma bisa menggeleng-gelengkan kepala. Nendra memilih pergi dari tempat itu. Sakura kaget dengan tanggapan Nendra yang sangat sensitif. Sakura mengira-ngira bahwa sepertinya Nendra tak menyukainya. Tapi, kenapa?

BERSAMBUNG...

Comments

Popular posts from this blog

New normal Dicetuskan, Masyarakat Sudah Disiapkan?

"Kiri, Pak!" [PART.1]

Her Name Yola