Gadis Pengantar Bunga

"Gadis Pengantar Bunga"



Suatu hari disebuah pedesaan yg sejuk dan nyaman, hiduplah seorang gadis cantik yg baik hati, dan bersahaja. Gadis ini bernama Lily, Lily hidup bersama ibu dan neneknya di sebuah rumah sederhana.
Sehari-hari Lily bekerja memetik bunga dan mengantarkan bunga-bunga yg indah kepada semua penduduk didesa, tujuan Lily mengantarkan bunga-bunga ke penduduk supaya mereka semua tersenyum, Lily sangat senang melihat orang lain tersenyum. 

Pagi yg cerah menyambut Lily, seperti biasanya Lily membantu ibu dan neneknya dulu sebelum melakukan pekerjaan yg lain, lalu Lily dengan bersemangat mengayuhkan sepedanya untuk mencari bunga-bunga yg cantik, sambil memetik bunga-bunga yg cantik Lily bersenandung. Ketika Lily sedang memetik bunga, Lily mendengar suara kesakitan, Lily  mendengar suara kesakitan itu dari semak-semak, Lily mendekati semak-semak itu dan ia menemukan seekor kelinci yg terkena perangkap orang-orang jail, lalu ia membantu kelinci tersebut lepas dari perangkap itu, kelici tersebut sedikit terluka. Lily mengambil sebuah daun yg katanya bisa menyembuhkan luka, lalu Lily melepaskan kelinci itu, kelinci itu terlihat senang, Lily pun ikut senang.

Ketika Lily mengantarkan bunga terakhir ke sebuah rumah, rumah itu tampak sepi, Lily pun mengetuk pintu, dan terdengarlah suara anak kecil menangis, pintu rumah itu terbuka. Lily mendekati anak kecil yg menangis itu. Dengan lembut Lily berkata “kamu kenapa?”, anak kecil itu menatap Lily dengan air mata yang berlinang. Anak kecil itu mengangkat jari-jarinya seperti ingin mengatakan sesuatu, Lily bingung, Lily bertanya kembali “kamu tidak bisa bicara?”, anak kecil itu mengangguk lalu menangis, akhirnya Lily mengerti. Lily mengusap air mata yg ada di wajah anak kecil tersebut. Lily mengambil sebuah kertas dan pena, anak kecil itu mengerti apa yg harus dia lakukan. Lily berkata “kamu bisa tuliskan nama kamu dikertas itu, nama kakak Lily (tersenyum manis)”. Anak kecil itu menulis “nama aku Bunga kak, ibu dan ayahku baru meninggal semalam, aku tidak punya siapa-siapa lagi”. Lily mengusap rambut Bunga dan berkata “jangan sedih dik, kakak punya sebuah hadiah untuk kamu J”, Bunga tersenyum ketika melihat Lily memberikannya setangkai bunga mawar, lalu Bunga menulis lagi “terima kasih kakak J aku senang mendapat bunga ini”, Lily menjawab “iya dik, kamu cantik seperti bunga ini, jadi kamu jangan nangis lagi ”. Ketika Lily melihat jam dinding, ia harus segera bergegas pulang, dia berpamitan pada Bunga. Lily berkata “Bunga, kakak pulang dulu ya, besok kakak pasti kesini lagi”, Bunga membalas dengan tulisannya “iya kak, tapi janji ya?”, Lily menjawab “iya sayang”, kemudian Bunga menulis lagi “bolehkah aku memeluk kakak?”, Lily dengan ceria menjawab “tentu saja ! J”. Lalu Lily mengayuhkan sepedanya untuk kembali kerumah.

Sesampainya dirumah, Lily disambut dengan senyuman nenek dan ibunya. Lily melihat makanan yg sudah terhidang. Lily langsung memeluk ibunya. Ia merasa beruntung memiliki ibu dan nenek yg baik hati. Lily selalu bersyukur apa yg telah ada dihidupnya sekarang.

Malam hari pun menjelang, Lily melihat neneknya duduk sendiri didepan rumah sambil merajut.  Lily menghampiri neneknya tersebut, ia meceritakan pada neneknya apa yg ia alami selama seharian ini, nenek megusap rambut Lily dan merangkulnya, dan nenek berkata “jangan berhenti melakukan yg terbaik untuk orang lain”, Lily menjawab “pasti nek”.

Pagi hari kembali menyapa Lily, Lily tersenyum bersahaja. Ia melihat sang ibu telah membuat kue, yg harumnya sangat manis, ketika Lily mau berangkat mengantarkan bunga pada penduduk, ibu memberikan bekal kue pada nya. Lily sangat senang kemudian ia berpamitan pada ibu dan neneknya.
Saat Lily telah menyelesaikan tugasnya mengantar bunga ke semua penduduk desa, ia tak lupa mengunjungi rumah Bunga, dengan semangat ia mengayuh sepedanya.

Lily akhirnya sampai dirumah Bunga. Ketika ia masuk kerumah Bunga, ia melihat Bunga dengan wajah yg pucat. Ia kaget dan langsung memeluk Bunga, ia melihat sebuah foto ditangan Bunga, kemudian ia bertanya “ini orangtua mu dik?”, Bunga mengangguk. Lily memegang dahi Bunga, ternyata Bunga demam, Lily membaringkan Bunga ketempat tidurnya dan mengompres Bunga, ia juga memberikan bekal yg diberikan ibunya untuk Bunga. Bunga menangis terharu. Lily menyelimuti Bunga, membacakan dongeng, sampai akhirnya Bunga tertidur pulas. Lily merasa lega, dan segera meninggalkan Bunga untuk kembali kerumah.

Di rumah Lily menceritakan tentang keadaan Bunga pada ibu dan neneknya. Lalu ibu berkata “kenapa kamu tidak bawa dia kesini?”, Lily menjawab “serius ibu dan nenek membolehkan? J”, nenek kemudian menjawab “tentu saja boleh”. Sangking girangnya Lily jingkrak-jingkrak bahagia. Nenek dan ibunya hanya tertawa melihat Lily senang, mereka pun ikut senang.

Keesokan harinya Lily cepat-cepat menjemput Bunga. Ketika Bunga mendengar bell sepeda Lily, Bunga bangkit dari tidurnya, dan langsung berdiri didepan pintu rumah, Lily tersenyum gembira melihat Bunga begitu semangat. Lily memberikan bunga matahari yg segar kepada Bunga, Bunga tampak bahagia. Lily berkata “Bunga, apakah kamu mau tinggal dirumah kakak?”, Bunga menulis diselembar kertas “kakak serius? Pastinya aku mau”, Lily menjawab “iya dong J”, Bunga bergegas merapikan barang-barangnya, lalu setelah itu Bunga dibonceng oleh Lily.

Hari-hari Lily begitu indah karena adanya Bunga, ia sudah menganggap Bunga seperti adiknya sendiri. Bunga selalu bersama Lily, ketika mengantarkan bunga-bunga pada penduduk, membantu ibu dan nenek, merapikan kamar, membersihkan rumah, dan bercanda bersama. Ibu dan nenek sangat senang melihat kerukunan mereka.

Malam yang hangat. Ibu datang kekamar Lily, dilihatnya Lily sedang tertawa bersama Bunga, ibu menghampiri mereka berdua. Ibu menyuruh mereka untuk segera tidur, mereka berbaring ditempat tidur, dan ibu berpesan pada Lily, “jaga Bunga baik-baik ya nak, Bunga sudah menjadi bagian dalam hidup kita, ibu bangga mempunyai gadis yg baik dan cantik seperti Lily.”, Lily mendekap erat ibunya sambil berkata “pasti bu, pasti Lily jaga Bunga, Lily juga bangga mempunya ibu yg baik hati”. Bunga melihat mereka sambil tersenyum.

Keesokan paginya, sebelum nenek dan ibu bangun, Lily ingat bahwa hari ini sang ibu berulang tahun, Lily dan Bunga bersemangat membuat kue sederhana untuk ibu. Lily dan Bunga sudah tidak sabar untuk memberikan kue tersebut pada ibu. Nenek pun bangun, melihat Lily dan Bunga ceria sambil memegang kue, nenek bertanya “untuk siapa ini?”, Bunga menulis di notebook kecil yg bergantung dilehernya “kami ingin memberikan ini untuk ibu yg berulang tahun.” Nenek tersenyum, Lily bertanya “ibu belum bangun nek?”, nenek kemudian menjawab “belum, coba kamu langsung ke kamar saja.” Bunga dan Lily mengangguk nurut.
Ketika Bunga dan Lily membangunkan ibu, ternyata ibu tidak terbangun. Bunga dan Lily panik, Lily memanggil nenek. Nenek tidak merasakan denyut nadi ibu berdetak. Seketika itu juga kue yg dipegang Bunga dan Lily terjatuh dilantai. Akhirnya mereka semua membawa ibu ke puskesmas terdekat.

Ternyata ibu sudah tidak tertolong lagi, ibu sudah meninggal, dokter mendiagnosa kalo ibu mengalami tumor yg akut ! walaupun Bunga, Lily, dan nenek tidak begitu mengerti tentang penyakit itu, mereka sedih dan menangis. “selamat ulang tahun ibu, dan selamat jalan juga ibu” itu kata-kata yg diucapkan Lily yg melihat ibunya sudah tak bernyawa lagi, Bunga merasakan apa yg dirasakan oleh Lily.

Hari-hari Lily tampak begitu kelam, Lily tidak mengantarkan bunga-bunga lagi pada penduduk desa,Lily putus asa dengan hidupnya, kerjaan Lily hanya melamun memandangi foto ibunya yg sudah tiada, sedangkan neneknya hanya sedih melihat Lily yg begitu terpukul dengan kematian ibunya, Bunga bingung, dia bingung menghadapi semua persoalan dihidupnya ! Bunga ingin berteriak tapi tidak bisa ! Bunga ingin melakukan sesuatu untuk Lily dan nenek, Bunga berlari keluar meninggalkan rumah Lily, walaupun ia belum tau kemana tujuan ia pergi.

Bunga sampai ke sebuah taman. Bunga kaget melihat taman itu, taman itu penuh dengan berjuta bunga yg indah. Bunga menelusuri semua taman itu, dan Bunga menemukan sebuah bunga yang jenisnya hanya ada satu ditaman tersebut. Bunga itu berwarna putih, mekar, dan sangat wangi, ketika Bunga melihat bunga itu, ia merasakan ketenangan yg sangat tenang. Bunga seperti orang yg tak mempunyai masalah, dia berputar-putar di sekeliling bunga-bunga yg berwarna-warni, dan akhirnya Bunga membawa bunga berwarna putih tersebut kerumah Lily. Bunga berpikir bahwa Tuhan memberikan bunga putih itu untuk menghiburnya, Lily, beserta nenek.

Bunga bergegas pulang. Sampai dirumah, Bunga melihat tangan Lily bercucuran darah dan Lily tak sadarkan diri. Bunga menatap nenek yg menangis di samping Lily, Bunga juga melihat silet yg masih Lily genggam. Ia tak meyangka kejadian ini akan terjadi, baru saja ia ingin memberikan bunga yg indah untuk Lily, tapi malah begini jadinya. Bunga menangis! Dia menyesal, seharusnya di saat Lily sedih Bunga harus ada disamping Lily, menemani Lily, dan menghibur Lily, seperti yg dilakukan Lily dulu terhadap Bunga, Bunga memeluk nenek. Ternyata nyawa Lily tidak tertolong. Ya, Lily meninggal, Lily meninggalkan Bunga dan neneknya.

Sekarang yg Bunga punya hanyalah nenek, kerjaan Bunga tiap harinya adalah menulis, menulis, dan menulis, ia menulis semua kisah dalam hidupnya. Tanpa jenuh ia selalu menulis, ia tahu ia tak bisa melakukan apa-apa karena keterbatasannya, tapi Bunga sangat menyayangi nenek yg masih hidup bersamanya.

Suatu hari ketika Bunga sudah beranjak dewasa, Bunga bercita-cita untuk menjadi penulis karena bakat nya adalah menulis. Dan cita-cita Bunga itu tercapai, ia menjadi penulis yg sukses, yg terkenal,walaupun dengan keterbatasannya. Bunga tidak menjadi orang yg sombong. Didalam  buku nya yg berjudul “Gadis Pengantar Bunga”  ia membagikan sedikit motivasi untuk para pembacanya yaitu “Jangan terpukul dengan keadaan menyedihkan disekitar kita, tapi bersyukurlah Tuhan membuat hal yg menyedihkan, karena Dia telah merencanakan hal terindah untuk kita.”
repost from my old blog: http://ceritakisahhiduph.blogspot.com/search?updated-max=2013-10-26T05:22:00-07:00&max-results=7
-not much edited-

Comments

Popular posts from this blog

New normal Dicetuskan, Masyarakat Sudah Disiapkan?

"Kiri, Pak!" [PART.1]

Her Name Yola