Lahewa's Seacoast



H-E-L-L-O!!!
Siapa yang suka mantai? Raise your hand!!! *angkattanggan*
Sekarang aku bakal nyeritain tentang pantai di sisi utara Pulau Nias tercinta. So, keep reading!
Minggu, 25 Maret 2016.

Aku bareng keluarga aku dan kerabat keluargaku jalan-jalan ke Lahewa, Nias Utara. Ini juga buat nge-refresh otak Kak Icha biar dia nggak gugup pas mau UN. Dari Gunungsitoli ke Lahewa membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Tujuan pertama kami adalah Pantai Tureloto. Pantai ini terkenal dengan keindahan batu karangnya yang berserakan dan besar serta pemandangan laut yang bening layaknya kaca. It isn’t my first time to visit this awesome place, actually.

Sesampainya di Pantai Tureloto, aku kaget dan mangap dalam hati. Aku bener-bener nggak nyangka pantai yang biasanya dipuji-puji oleh orang banyak (aku juga!), sekarang jadi nggak keurus. Pikiranku melayang ke waktu pertama kali aku menginjakan kaki ke tempat itu, itu udah beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun yang lalu aku masih inget, ada sebuah jembatan dari kayu terus di ujung jembatan bakal ada perahu gede menepi di situ. Selain jembatan kayu yang bener-bener natural, pantai itu lumayan bersih dari sampah. Setelah beberapa saat otakku mengingat Pantai Tureloto pada beberapa tahun yang lalu, aku tersentak dengan kenyataan yang ditangkap mataku pada saat ini. Pantai Tureloto nggak seindah beberapa tahun yang lalu, seperti pertama kali aku menginjakkan kaki di situ, there’s so much has changed. Nggak ada jembatan, perahu-perahu banyak yang rusak, sampah bertebaran di mana-mana. Itu bikin aku sakit hati banget.
 
Gimana keren kan Pantai Tureloto? Itu batunya tajem banget btw.

Aku dan Kak Yemima

Bunda tersayang :D


Ini para makhluk kesayangan yang memberi bumbu kehidupan #kumuskumusedition

Kami nyari tempat di sebelah barat pantai itu. Untungnya masih ada sedikit keindahan yang masih tersimpan di pantai itu, walaupun sekarang udah nggak banyak. Kami duduk di sebuah pondok dan mesen ikan kerapu bakar. Nggak sengaja aku ngedenger perbincangan papaku dengan seorang ibu yang menjual ikan bakar di situ. Papa aku nanya “Kok sekarang pantainya nggak keurus ya, Bu?”, Ibu itu ngejawab “Iya, sekarang pemerintah kurang perhatian, nggak kayak dulu. Jadinya gini deh.”. Aku kecewa banget denger perkataan ibu itu, seharusnya mereka yang merupakan warga asli situ nggak cuma ngandelin pemerintah tapi mestinya juga ikut bekerja sama atau berinisiatif untuk menjaga keindahan pantai di situ. Tapi nggak apa-apa, setidaknya masih ada sedikit tempat di pantai itu yang masih terpancar keindahannya.

Oke, sekarang beralih ke kegiatan  seru. Papaku, Kak Icha, dan adek aku Vito nggak tahan buat nggak berenang, karena air lautnnya bening banget, sedangkan aku, mama, Kak Yemima, dan Ko Willy bersantai di tepi pantai sambil memotret hal-hal yang mempesona. Pas papa aku balik ke tepi pantai aku ngelihat semua badan papaku dilumuri pasir pantai, pasirnya putih banget, apalagi pas pasirnya kena sinar matahari, itu kita kayak ngelihat kristal. Aku heran kenapa papa aku ngelumurin badannya pake pasir, katanya sih bisa ngebersihin badan, jadi aku iyain aja deh wkwkwk. Kami menikmati moment di Pantai Tureloto sampai sekitar jam tiga sore. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pasir Merah, Afulu.
Ini ayah yang lagi menikmati masker pasirnya :3

 
Welcome to Pasir Merah Beach

Para pejuang kehidupan (Ko Willy dan Ayah)

Tadaaaa!!!! What a beautiful beach! Sumpil keren banget. Belum banyak orang yang tahu sama pantai ini. Ombaknya gede abis! Kalo dari foto sih pasirnya nggak kelihatan merah, tapi pas kalian lihat langsung pasirnya beneran merah loh! Warna pasirnya merah bata gitu. Aku bener-bener ngerasa di surga. Oh, Tuhan ciptaanMu ajaib sekali! Aku pengen nginep di situ semaleman, pengen ngerasain gimana camping di pinggir laut, tapi nggak mungkin karena sikon. Satu hal yang terbesit dalam pikiranku saat berdiri di tepi Pantai Pasir Merah, aku pengen pra-wedding di situ. Astaga, oke abaikan, itu hanya harapan di masa depan :3
Aku dan Kak Icha, taken by: AYAH.

Fantastic four *_*

Selanjutnya kami cus ke Turedawola Beach. Jaraknya nggak terlalu jauh dari Pantai Pasir Merah. Tempatnya baru dan asik. Nggak jauh dari pantai itu aku ngelihat ada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) gitu. Tempat PAUD di pinggir pantai? Pernah kepikiran nggak sih? Unik ya! Tempat PAUD-nya lucu banget, rumah kayu yang terbuka. Jadi penasaran lihat anak-anak PAUD di situ, tapi apa daya kami ke tempat itu kan pas hari libur jadi pasti nggak ada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Di sana juga ada lapangan voli mini. Aku jadi inget kartun SPONGEBOB, yang pas Spongebob dijadiin bola voli di pantai, ada yang tahu episode itu? :D Yang lain udah pada capek pas nyampe di Pantai Turedawola. Jadi, cuma aku dan Kak Yemima yang semangatnya belum padam, kami lari-lari main air di tepi lautnya, while yang lain cuma ngopi, makan, dan ngecas HP.
Kak Yemima on fire

Aku udah mulai oleng

The last journey of the day we went to Lahewa’s Harbor. Tujuan utama kami ke situ buat makan lobster. Eitss, tunggu dulu, kami mesti naik perahu buat ke keramba yang ada di tengah laut, nggak jauh kok dari tepi pelabuhan, sekitar 10 menitan lah. Nah, di keramba itulah banyak lobster. Lobsternya eye-catching banget, tanganku jadi gatel pengin megang tuh lobster. Pas Ko Willy ngomong ke yang punya keramba bahwa kami mau makan lobster, ternyata pemilik keramba bilang nggak bisa karena nggak ada kompor dan panci, udah dipindahin katanya. WHAT?! Aku harap aku bisa makan lobster itu tanpa dimasak -_-Agak ngeselin sih gara-gara nggak ada panci dan kompor kami jadi nggak bisa nyantap lobster, tapi kami nggak langsung bete kok. Aku dan Kak Icha minta bantuan ke bapak tua yang jagain keramba itu buat ngambilin lobster. Terus aku pegang deh lobsternya, tajem banget tahu nggak! Lobsternya menggeliat mulu, lasak banget sih nih lobster! Terus bapak itu ketawa dan ngasih aku sarung tangan, peka banget sih Pak! Walaupun kami nggak bisa makan lobster, at least kami bisa foto bareng lobster yang super unyu udah bikin kami puas kok. Setelah kencan sama lobster-lobster unyu, kami duduk sambil ngeliatin sunset. Luar biasa keren banget sunset di situ. Langitnya warna pink campur jingga gitu. Aku bersyukur banget masih bisa lihat sunset bareng keluarga aku, bener-bener unforgottable moment.  
Wajah yang sudah mulai lelah sodara

 
Kak Icha, papa, dan aku
LOBSTER AWE #mukatekumus

Sunset yang aku bilang tadi!


Vito lagi salto :D Good job, Brotha!

What a day! Bener-bener seru dan menyenangkan mengunjungi tiga pantai unik dalam sehari kemudian diakhiri dengan memandangi sunset di Pelabuhan Lahewa. Emang ya, jalan-jalan bareng keluarga itu luar biasa bahagianya. Dari semua pantai yang aku kunjungi pada hari itu aku memberikan THE PRETTIEST SEACOAST AWARD to……………….. “Red Sand Beach, Afulu” congratulation, dear!  Asem-manisnya pengalaman ini nggak bakal aku lupain seumur hidupku. Thank you, Lord for  all beautiful scenery that I  can still be seen on that day. I’m very grateful.


Comments

Popular posts from this blog

New normal Dicetuskan, Masyarakat Sudah Disiapkan?

"Kiri, Pak!" [PART.1]

Her Name Yola