Hal yang Baru Aku Sadari di Umur 20: Cara Air

sedang menatap air wkwkwk

Helaw bloggies, kalo orang-orang pada kangen keluar, aku malah kangen banget nulis blog :’) oh iya semoga kalian yang ngebaca ini sehat senantiasa ya! Jangan lupa terapin instruksi pemerintah yang baik buat hidupmu. Jangan ngeyel please?

Selama hidup kita selalu menemukan hal yang mengejutkan. Tentu saja dari pengalaman yang ada kita jadi bisa banyak belajar hal baru,  yang bisa mempengaruhi kehidupan,  misalnya memperbaiki hal yang berulang kali terjadi, atau mempertahankan sebuah nilai yang dipegang. Ini dia kejutan yang baru aku sadari yaitu menerapkan cara air! Apaan tuh cara air? Nah, temuin di bawah J

Aku suka mengobservasi banyak hal. Ketika melihat sesuatu aku lebih banyak diam dan mengobservasi terlebih dahulu. Ini kenapa? Maksudnya apa? Dia siapa? Ya gitu deh. Setelah bercakap dengan otakku sendiri, egoku pun bergerak ingin mencecar apa yang menurutku salah dan rasanya pengen cepet-cepet nyelesaiin banyak hal dalam satu waktu yang bersamaan, meskipun superegoku udah nahan egoku, tetep aja aku lebih memilih ego.

Oke sebelum maparin contoh konkrit, aku mau jelasin dikit tentang struktur pikiran manusia,berdasarkan teorinya paman Freud (coba cari tahu sendiri) ada id, ego, dan superego. Id itu ide yang ada di dalam pikiran kita yang maunya menyenangkan diri kita sendiri, yak betul sekali memanjakan rasa egois kita tanpa mikir konsekuensi dan tetek bengeknya deh. Nah sedangkan sobatnya Id, yaitu si Ego (bukan singkatan dari BEGO ya!) tim pelaksana dari id. Terakhir abang Superego, ini yang paling alim nih dari temen-temennya yang kampret tadi (Id dan Ego), fungsinya untuk menahan id dan ego serta lebih mengedepankan prinsip moralitas dalam melakukan sesuatu.

Jadi suatu hari aku mengungkapkan pendapatku di depan banyak orang. Namun lawan bicaraku nggak terima tuh sama pendapatku, dan malah nyalahin aku dan nganggep aku salah besar dan berlebihan. Si lawan bicara merasa diajari (sebenernya sampe sekarang aku masih bingung, apa yang salah dengan diajari?) dan terus menuduhku dengan asumsi-asumsi negatifnya di depan banyak orang. Mendengar ucapannya yang nggak bener tentang aku dan semakin lama semakin out of topic, id-ku langsung pengen membersihkan nama baikku di depan semua orang saat itu juga, nah ego-ku langsung bergerak dengan cara bikin aku ngebantah omongan si lawan bicara, aku ngebantah dengan segala penjelasan selugas mungkin. Berharap orang tersebut menghentikan tuduhan-tuduhannya karena sebenarnya aku hanya ingin menjelaskan dan menyelesaikan masalah, bukan mau tengkar. Superego udah bisik-bisik nih “jangan dilawan itu orang batu banget!”, tapi aku tetap membiarkan egoku berkembang karena aku nggak pengen nama baikku tercemar dengan omongan yang tidak benar. Hasilnya? Ya tetep aku yang salah di mata semua orang. Perlawananku kalah telak.

Sedih? Jelas. Aku merenungi perbuatanku sendiri. Setelah cerita dengan beberapa orang yang aku percaya dan meminta saran dari mereka, aku menjadi paham bahwa ada hal yang nggak harus kamu lawan terus menerus. Atau mungkin bentuk perlawanannya bisa disubtitusikan dengan cara lain, yaitu ngubah perspektifmu sendiri. Karena pada dasarnya kita nggak pernah bisa ngontrol apa yang orang lain pikirkan tentang kita atau kita nggak bisa kontrol situasi kita. Jadi yang bisa kita lakuin adalah mengontrol cara berpikir kita. Kata-kata itu pernah aku dengerin beberapa kali, termasuk setelah peristiwa terbaru yang aku alami. Tapi, aku bener-bener baru paham sekarang.

Ngelawan itu kalo dianalogiin kayak gini, batu sama batu kalau digesek malah nimbulin api, jadi sudah seharusnya kalau ketemu batu jangan ngelawan dengan cara batu juga, harus dengan cara air. Cara air? Gimana lagi tuh?! Wkwkwk, sabar sabar, cara air itu maksudku dengan mengalir. Pelan-pelan mengaliri hati si batu dengan kasih. Jangan berhenti mengalirkan kasih, mengalirkan kata “maaf”, mengalirkan semangat, mengalirkan hal-hal yang positif pada orang lain. Ntar si batu juga bakal lapuk sendiri. Kenapa aku baru sadar di umur 20 tahun? Ya karena baru ngadepin masalah real-nya umur segini. Aku bersyukur banget. Memilih untuk tidak melawan bukan berarti kamu diam saja tanpa melakukan apa-apa. Tetap ungkapkan pendapatmu, tapi kalau ada batu, inget cara air! Lapukin!

Comments

Popular posts from this blog

New normal Dicetuskan, Masyarakat Sudah Disiapkan?

"Kiri, Pak!" [PART.1]

Her Name Yola