Meet My Peter Pan!

I've been meeting many man in my life. But only this guy who can lifts my smile up, shines all my days with his fool things, and make me have a little hope that i'll paint my whole life with him. God knows how much i love him, and how much i send prayers to my King every single day to live my life with him as long as i can. Is it too selfish? I don't hope so.

Aku tahu tentang dia sejak kelas 8 SMP. Masih bocah banget yakan? Pas pertama kali tahu dan komunikasi sama dia itu pas aku mau pindah ke Nias. Waktu itu kami satu SMP di Sidoarjo. Dia sinting banget sih, selalu bikin moodku hancur. Dia paling bisa ngegodain orang sampe orang pengen nabok muka dia, dia mahir melakukan itu. Dasar cowok sinting!

Singkat cerita, sengaja disingkat, semoga beneran singkat! Wkwkwk. Aku dan dia bersahabat. Dari satu-dua mantan terlalui, dia tetap jadi sahabatku. Kami berkomunikasi sangat intens. Sering kalau lagi chatting ngomongin hal ga penting, dia yang kadar mesumnya tingkat pembantu dewa suka menganalisis dada wanita, terus dia suka minta solusi untuk dapetin cewek incerannya, sekadar galau tentang keluarganya, atau yang paling sering sih ngejek-ngejekin aku dan ga sadar diri dia lebih parah dari aku. Setiap aku bikin status atau ganti display picture dikit-dikit langsung komen, apa-apa komen, pinter banget bikin orang bete lalu bersambung pada ngambek dan akhirnya dia juga yang nyesel kalau udah begini.

Persahabatan bukan bagai kepompong ini terus bergulir hingga kami lulus SMA. Sepanjang sejarah hidupku bersahabat sama dia, dia adalah sahabat yang baik dan aku anggap dia ya kayak sahabat-sahabat cowokku lainnya. Walaupun kadang kalau minta solusi ke dia, aduh bukannya makin cerah ini otak yang ada makin butek. Tapi gapapa, itu keunikannya. 

Nah aku juga suka sama kepribadiannya dia, bayangin aja ya dia itu bandel banget orangnya, tapi kalau habis ditolak cewek, percayalah dia adalah cowok termelankolis yang pernah aku kenal. Kalau lagi melow kayak gitu rasanya aku gregetan pengen nampar dia 1000 kali dan bilang "hei hidupmu masih panjang dan masih banyak cewek yang bisa diincer di luar sana". Entahlah mungkin dia kehausan kasih sayang. Eh emang bener sih!(kalau kalian tahu kisah hidupnya pasti kalian memaklumi).

Ada beberapa momen favorit yang paling aku ga lupain dari dirinya dari sejuta momen yang pernah kami alami. Ayo disimak, jangan mabac (males baca)!

Momen pertama. Aku lagi liburan ke Surabaya, dan waktu itu aku pengen jalan gitu kan. Terus aku ngehubungin dia tuh, nah dia baru balik dari sekolah. Terus aku nyuruh dia buat jemput aku di daerah Juanda (karena waktu itu aku lagi nginep di kosan kaka aku). Dia ngeluh parah dan kayak ogah-ogahan gitu. Terus hujan turun dengan derasnya. Aku pikir, ya udahlah dia pasti ga mau jemput aku. Tiba-tiba, lineku berdering. Dia nelpon dengan nada kesel setengah buru-buru tapi tetap ceria, bayangin dah tuh gimana bentuknya. Dia ternyata nemuin kosan kaka aku. Pas ketemu, hal pertama yang dia lakuin adalah dia ngamuk dulu habis gitu ketawa lagi. Dan aku nraktir (eh maksudnya pakai uang kaka aku wkwkwk!) dia makan mie ayam. Akhirnya kami berdua pergi dari sana sambil hujan-hujanan. Aku sangat menikmati momen itu. Aku sangat bersyukur punya sahabat kayak dia!

Momen kedua. Waktu habis tes di Petra (waktu itu ada Agnes dan Yehezkiel juga), aku lagi berbeban berat gitu dan dia peka banget, menyadari hal itu. Terus dia ngajakin aku dkk, ke rumah doa di belakang Galaxy Mall Surabaya. Aku heran banget sih, kenapa cowok bengil kayak dia bisa punya tempat tujuan ke sana. 

Di sana aku doa sungguh-sungguh, dia dan temen-temen yang lain pun juga. Terus pas keluar dari rumah doa, dia ngejekin aku karena habis nangis! Sebel ga sih orang lagi serius juga. Tapi habis gitu baikan lagi deh! Dari sana aku sadar, walaupun dia punya sejuta keburukan, dia ga bakal biarin sahabatnya ngelakuin hal buruk bahkan yang kayak dia lakuin. Perlu dimuseumkankah dirinya?

Momen ketiga, dan akhiri di momen ini ajalah ya. Aku ini suka melancong tanpa tujuan, ya agak gila sih tapi gimana ya emang suka aja. Waktu itu aku pergi sendiri ke Sidoarjo, ceritanya aku masih belum punya aplikasi ojek online. Terus pas aku udah capek banget dan aku memutuskan untuk istirahat, aku ngelihat layar hpku. Aku lagi-lagi berencana merepotkannya. Aku telpon dia dan nyuruh dia buat jemput aku. Dia nanya dengan kesal kenapa aku pergi jauh sendirian dll, terus ya aku jawab sepolos yang aku bisa. Terus dia nyuruh aku nungguin dia, dari Krian dia jemput aku ke Sidoarjo bayangin dia nyampe secepat angin berembus, wetsehhh ga sih wkwkwk. Pas ketemu ga ada tanda-tanda kesal kayak pas dia tadi komunikasi sama aku. Yang ada dia malah ngasih helm dengan senyum jailnya ke aku dan ngajakin aku makan. 

Oh ya, fyi aja, dia hobi banget maksa aku makan. Nggak tahu kenapa kalau lagi bareng dia aku tiba-tiba kenyang, apalagi pas lagi dia ajak makan. Tetep aja dipaksa, dan motto hidupnya pas nungguin aku makan adalah "kalau makanannya ga habis ga pulang". Sebel! Itu berlaku sampai sekarang.

Masih banyak lagi sih hal-hal childish dan seru bareng dia yang kalau dijabarin bisa kayak novel.

Aku ga pernah berharap banyak sejak sahabatan sama dia, tapi dia selalu ngasih banyak hal yang ga bisa aku balas. Hal itu kadang bikin aku sedih dan bikin aku memompa diriku sendiri agar selalu ada di saat dia butuh. Aku tahu betapa hancurnya (kadang) hatinya saat menjalani hidupnya yang nyata. Betapa dia ga bisa mendam semua itu sendiri, dan aku sebagai sahabatnya ikut teriris kalau lihat dia lagi ngalamin kondisi terlemah dalam hidupnya. Aku ga tahu ini disebut chemistry atau apa. Tapi aku tulus banget sahabatan sama dia. Aku selalu berusaha bikin dia terhibur walaupun kelihatan bodoh, begitu pun juga dia.

Tepat pada tanggal 14 Juni 2017, di jalan raya, kami sedang berada di atas motor, menyusuri jalanan yang padat. Dia berkata lemah "kamu sayang nggak sama aku?" Aku yang lagi napas tiba-tiba tersedak menghirup napas sendiri. Apaan sih, aku mikir gitu. Dan aku jawabnya dengan polos "ya sayanglah, sama semua sahabat (dan aku sebutin nama beberapa sahabat cowok lainnya) aku juga sayang". Dia diemin aku. Lama banget. Sampe besoknya. Dan aku tahu ada yang ga beres sama otak dan hatinya dia, tapi aku berusaha menyangkalnya.

Ya sejak itu hubungan kami berubah. Jadi anak dan bapak. Enggalah. Ya jadi hubungan tanpa status, pacaran juga engga, sahabatan juga kayaknya bukan kata yang normal buat deskripsiin tentang "kami". Waktu itu kami belum memutuskan pacaran karena ada hal yang menghambat dan masalah itu masih mengait kami sampai sekarang sih, tapi ya gapapa.

Melalui banyak hal dengannya membuatku tersadar. Dia ini mirip sekali dengan figur khayalan favorit aku yaitu Peter Pan. Tingkahnya yang childish walaupun umur sudah tua, sok heroik tapi memang heroik, jago memanipulasi perasaan, dan konyol.

Kemunculannya di hidupku, membuatku menyadari banyak hal. Bagaimana merawat hati yang terluka, bersabar dalam penantian, menjelang hari yang baru tanpa khawatir. Perasaan yang terkandung di hatiku mulai kompleks seraya kompleksnya hubungan yang kami jalani. Akhirnya, kami memutuskan untuk berpacaran.

Sejak dulu kami bersahabat sampai status ini berevolusi menjadi berpacaran, aku tak pernah mengharapkan banyak hal dari dirinya. Yang pasti, dan yang selalu aku doakan, dia menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, begitu juga hubungan ini. 

Aku bersedia membelah hatiku yang keras untuk menyambut perasaannya. Perih tapi aku harus kuat. Ia menawarkan pelangi dalam kekelaman hatiku, aku tak punya cukup kekuatan untuk menolak. Kadang hujan masalah merintik bahkan menghadirkan banjir perdebatan, namun kasih yang membuatnya surut. 

Aku hanya berharap Peter Pan yang nyata ini selalu menjadi Peter Pan yang tetap nyata sampai selamanya. Sejak hati kami bertaut, aku tak mau menjejakkan diriku ke Neverland, aku mengubah destinasiku menuju ke Everland. Bersama dengannya, terbang ke Everland.

Comments

Popular posts from this blog

New normal Dicetuskan, Masyarakat Sudah Disiapkan?

"Kiri, Pak!" [PART.1]

Her Name Yola