What's The Night Can Do For You?
https://www.google.co.id |
Malam hari merupakan saat yang tepat untuk merefleksikan kejadian yang telah terjadi atau apa saja yang sudah kita lakukan pada hari itu. Malam hari merupakan momen untuk mensyukuri, menyesali, merenungi segala sesuatu yang sudah terjadi pada hari tersebut. Malam hari sukses mengisap diri kita dari kesibukan yang fana, sehingga kita memiliki waktu untuk berdiam dan menyisakan sedikit ruang di otak kita untuk berpikir atau merasa.
Kehidupan perkuliahan memang sangat berbeda dengan kehidupan sekolah menengah. Itu yang aku rasakan. Menceritakan masa perkuliahan awal dalam blog adalah hal yang kurang menarik untukku. Intinya, masa perkuliahan sangat menyita waktu, tenaga, dan uang. Kalau nggak mau merasakan hal yang sama? Ya gampang, nggak usah kuliah. Oke mulai lari dari topik. Kayaknya aku sentimen banget ya sama masa perkuliahan? Sebenernya nggak juga kok. Apa yang mau aku sampein sebenernya di paragraf ini adalah, ketika seharian kuliah atau belajar di kosan tentang jurusan yang aku ambil dalam perkuliahan, aku sangat bersyukur mengenal malam hari. Aku mengenal malam hari sebagai sahabat yang keindahannya cuma bisa dirasakan lewat hati dan pikiran yang kosong.
Tuhan ngasih aku banyak ujian dan cobaan dalam masa perkuliahan, kalau diceritain satu-satu jariku bisa putus. Aku sadar sih, Tuhan mau ngasih tanggung jawab lebih ke aku, dan aku ngerasa responku dalam menjalankan ujian itu bener-bener di luar kemauanNya. Aku menyadari semua hal itu pada malam hari, lebih tepatnya sebelum tidur. Aku merasa gagal saat nggak bisa ngewujudin apa maunya Tuhan dalam hidup aku. Semakin aku ngerasa kayak gitu, hidupku semakin terasa berat, dan sikapku pun makin menjadi-jadi buruknya.
Pada malam hari juga aku ngerasa harus nuntasin semua kegelisahanku, semua yang nggak benar, tapi apa daya, pemikiran pesimis semakin menahanku dengan kurang ajarnya dan membuat pemikiran optimis pamit undur diri dan nggak tahu kapan kembali lagi. Setiap kali aku berdoa di malam hari, aku ngerasa aku lagi nggak berdoa ke Tuhan. Aku kayak ngomong sama diri aku sendiri, ngeluarin semua sampah di hatiku, dan aku tahu Tuhan nggak suka itu, tapi aku terusin. Aku pun memutuskan berdoa sehabis bangun tidur (pagi hari) saja agar kejadian menyampah dengan diri sendiri itu tidak terus-menerus bergulir.
Malam hari yang lainnya, aku berusaha tidak banyak memikirkan apa-apa. Aku keluar untuk beli makanan, dan aku ngelihat banyak bintang di langit. Bintang-bintang yang dengan cantiknya mengedipkan sinarnya ke arahku. Di situ aku ngelihat, bahwa Tuhan itu sayang sama aku. Dia masih izinin aku ngelihat bintang. Di saat aku berpikir Tuhan sayang sama aku dan masih ngizinin aku ngelihat bintang, pemikiran-pemikiran indah lainnya pun mengalir secara otomatis.
Pemikiran-pemikiran indah yang lain itu meliputi, Tuhan baik banget masih ngebiarin keluarga aku utuh, Tuhan baik banget masih ngebiarin aku punya temen-temen yang baik dan unik di kampus. Tuhan baik banget masih ngebiarin aku punya sosok kakak-kakakan yang bener-bener peduli sama aku. Tuhan baik banget masih ngebiarin aku memiliki pasangan yang konyol kayak badak itu. Tuhan baik banget masih biarin aku hidup, dan masih banyak lagi. Malam hari yang seperti inilah yang aku anggap sebagai sahabat yang keindahannya cuma bisa dirasakan lewat hati dan pikiran yang kosong.
Inilah yang bisa dilakukan malam untukku, meresapi indahnya kasih Tuhan dalam hidupku dan menyadarkanku betapa Tuhan mengasihiku tanpa syarat, meskipun hidupku masih jauh dari kata sempurna atau serupa sepertiNya.
Malam yang aku anggap sebagai sahabat yang keindahannya cuma bisa dirasakan lewat hati dan pikiran yang kosong, datengnya nggak setiap hari lho! Kenapa bisa gitu? Soalnya pikiran yang kompleks dan hati yang penuh sampah membuatku menyingkirkan malam kesayanganku itu dengan sendirinya.
Aku menulis tulisan ini, pada malam hari ini karena pikiranku sedang kompleks dan hatiku sedang penuh sampah. Aku menulis ini untuk membujuk malam kesayanganku yang aku anggap sahabat yang keindahannya cuma bisa dirasakan lewat hati dan pikiran yang kosong, bisa menghampiriku sebentar saja.
Kesimpulannya, apa yang bisa dilakukan malam hari pada kita adalah tergantung bagaimana kita melihat kehidupan kita secara menyeluruh, apakah kita melihatnya sebagai anugerah atau sebagai sampah yang siap diangkut ke truk sampah? Kalau kita bisa melihat hidup kita sebagai anugerah, malam hari akan menjadi media kita untuk bersyukur tentang apapun pada Tuhan, sedangkan jika kita melihat hidup kita seharian itu sebagai kesia-siaan, maka nggak ada yang bisa kita syukuri dan membuat hidup kita akan terasa semakin berat untuk dijalani.
Itulah cerita singkatku tentang apa yang dapat malam hari lakukan untukku. Bagaimana dengan kalian? What's the night can do for you?
Comments